Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Deforestasi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan Indonesia menempati urutan ketiga

Cermati stimulus berikut untuk menjawab soal nomor 4-5. AKM

Deforestasi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan

Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Zaire dalam kekayaan hutan hujan tropis di dunia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai luas 120,6 juta ha atau sekitar 63 persen dari luas daratannya (Kementerian Kehutanan 2018). Kawasan hutan diklasifikasikan menjadi tiga fungsi, yaitu hutan produksi meliputi areal 68,8 juta ha, hutan konservasi meliputi areal seluas 22,1 ha, dan hutan lindung yang memiliki fungsi perlindungan daerah aliran sungai (DAS) meliputi areal seluas 29,7 juta ha. Hutan hujan tropis memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan masa yang akan mendatang.

Tekanan terhadap sumber daya hutan cenderung semakin meningkat. Kelestarian hutan terancam oleh gangguan yang diakibatkan oleh konversi hutan menjadi areal nonhutan, terutama usaha pertanian dan perkebunan, karena meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhannya. Penggunaan lahan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi telah menimbulkan gangguan terhadap keamanan hutan dalam bentuk pelanggaran batas, penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan, serta perdagangan tumbuhan dan satwa liar ilegal. Dalam perjalanan perkembangan industri perkayuan, terjadi peningkatan besar dalam jumlah dan laju hilangnya tutupan hutan di Indonesia. Di sisi lain, hutan masih diposisikan sebagai sumber daya pembangunan ekonomi yang dikhawatirkan akan mempercepat laju deforestasi. Deforestasi adalah perubahan kondisi penutupan lahan dari kelas penutupan lahan kategori hutan/berhutan menjadi kelas penutup lahan kategori non hutan/tidak berhutan (Kementerian Kehutanan).

Akibat deforestasi, terjadi pengurangan luas hutan, tingginya risiko terjadi bencana hidrometeorologi, kehilangan berbagai jenis flora dan fauna, dan kerusakan sistern sumber daya air. Peningkatan konsentrasi CO, sebesar 30% dalam 100 tahun terakhir mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat antara 0,3-0,6" (Lal. Et.al., 2002). Peningkatan suhu tersebut mengakibatkan fenomena ENSO (El-Nina Southern Oscilation) di kawasan Asia Tenggara lebih sering terjadi dan berdampak pada peningkatan intensitas kejadian curah hujan yang ekstrem. Perubahan iklim global yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan di Indonesia itulah yang menjadi salah satu faktor pemicu kebakaran hutan dan lahan.

Luasnya areal lahan dan hutan yang terbakar di Indonesia hingga saat ini dipengaruhi oleh karakteristik biofisik lahannya. Sebagian besar kejadian kebakaran pada 10 tahun terakhir ini terjadi di lahan gambut. Lahan ini secara alami merupakan lahan basah yang tidak mudah terbakar. Namun, jika lahan gambut kering karena adanya drainase yang berlebihan, sangat rentan terbakar. Lahan gambut yang kering juga dapat berubah sifatnya sehingga tidak dapat kembali lagi ke bentuk awalnya yang berupa lahan basah, sehingga tingkat kerentanan terbakarnya semakin tinggi. Dengan demikian, aspek kondisi lahan dan iklim menjadi aspek penting yang berpengaruh terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan (Risiko Bencana Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana).


4. Berilah tanda centang (✓) pada pernyataan yang Sesuai atau Tidak Sesuai berdasarkan stimulus tersebut.

Jawab:

Pernyataan

Sesuai

Tidak Sesuai

Sebagian besar jenis hutan di Indonesia berupa hutan lindung.

 

Deforestasi dapat menyebabkan hilangnya berbagai jenis flora dan fauna.

 

Kegiatan industri kayu mengancam kelestarian hutan di Indonesia.

 

Lahan gambut secara alami merupakan lahan basah yang mudah terbakar.

 

Faktor fenomena El-Nino Southern Oscillation menyebabkan bencana kebakaran hutan di Indonesia.

 

5. Berdasarkan stimulus, apa penyebab kebakaran hutan?

Jawab:

Berdasarkan stimulus, penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah peningkatan suhu secara global yang mengakibatkan fenomena ENSO lebih sering terjadi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Akibatnya, terjadi curah hujan dan kekeringan yang ekstrem di Indonesia. Kekeringan yang ekstrem ini dapat menyebabkan lahan hutan terbakar, khususnya lahan hutan yang memiliki jenis tanah gambut. Tanah gambut yang kering memiliki sifat mudah terbakar jika terkena suhu yang tinggi.

 ++++++++++++++++++++++++++

Semoga Bermanfaat dan Berkah

Jangan Lupa Belajar Terus

Ingat Cita-Cita, Orang Tua, dan Keluarga

Post a Comment for "Deforestasi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan Indonesia menempati urutan ketiga"