Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Toleransi Beragama di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Dari riwayat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa

 Toleransi Beragama di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha

            Dari riwayat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, terdapat tiga contoh fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kehidupan kerajaan.

            Pertama, kerajaan Mataram Kuno diperintah secara bergantian oleh dua wangsa, yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Agama tidak pernah menjadi sumber konflik.

            Suasana toleransi itu tecermin dalam bangunan-bangunan candi. Rakai Panangkaran yang beragama Hindu Siwa memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun Candi Kalasan. Pembangunan Candi Borobudur juga melibatkan para pemeluk agama Hindu di wilayah Kedu. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh banyak candi Hindu, seperti Selogriyo, Gunung Wukir,Gunung Sari, dan Sengi.

            Wajah toleransi juga terlihat pada salah satu relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur. Relief ini menggambarkan tokoh-tokoh agama memberi wejangan dan melakukan tapa. Tidak semua dari mereka biksu, ada juga pendeta Siwa dan pertapa.

            Kedua, perkawinan antaragama. Contohnya adalah perkawinan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa dan Pramodawardhani dari Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Rakai Pikatan bahkan membuatkan sebuah candi Buddha untuk istrinya itu. Selain itu, Candi Plaosan Lor (Hindu) dibangun oleh Ratu Pramodawardhani dengan dukungan Rakai Pikatan.

            Contoh lainnya adalah perkawinan antara raja pertama Majapahit Raden Wijaya (Hindu) dan Rajapatni Dyah Dewi Gayatri, putri Kertanagara yang beragama Buddha. Uniknya, Ratu Tribhuwanatunggadewi, putri dari Raden Wijaya, menganut agama Buddha. Sementara anak Tribhuwanotunggadewi, yaitu Hayam Wuruk, menganut agama Hindu Siwa. Nagarakertagama menyebutkan, Hayam Wuruk pernah mengadakan festival agama Buddha dalam skala besar untuk menunjukkan penghargaan dan toleransi kepada neneknya, Dewi Gayatri. Contoh berikutnya adalah perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa (Vietnam sekarang) yang beragama Islam dan beretnis Tionghoa bernama Siu Ban Ci (menjadi selir). 

            Ketiga, berkembang pesatnya agama Islam di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan Buddha. Penganut Islam, Hindu Siwa, serta Buddha hidup berdampingan secara damai. Penganut Islam bahkan sampai ke lingkungan istana Majapahit. 

            Salah satu bukti toleransi Majapahit terhadap kehadiran agama Islam adalah penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto. Menurut perkiraan para ahli, makam ini dibangun pada masa kejayaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.

            Agama Islam memang datang dari wilayah-wilayah pesisir, seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya. Sambil berdagang, mereka menyebarkan agama. Lambat laun, mereka masuk ke lingkungan kerajaan dan membangun komunitas yang menetap.

a.     Berdasarkan teks tersebut, bagaimana bangunan candi menjadi simbol toleransi di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa lalu? Tentukan jawaban Anda dengan memberi tanda centang () pada kotak yang tersedia.

No.

Pernyataan

Benar

Salah

1.

Candi Borobudur dikelilingi banyak candi Hindu, seperti Selogriyo, Gunung Wukir, Gunung Sari, dan Sengi.

 

2.

Kerajaan Mataram Kuno diperintah secara bergantian oleh dua wangsa, yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa.

 

3.

Candi Plaosan Lor (bercorak Hindu) dibangun oleh Ratu Pramodawardhani (penganut Buddha) dengan dukungan Rakai Pikatan (Hindu Siwa).

 

4.

Dalam relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur, tergambar tokoh-tokoh berbagai agama memberi wejangan dan melakukan tapa.

 

5.

Pembangunan Candi Borobudur juga melibatkan para pemeluk agama Hindu di wilayah Kedu.

 

b.     Berdasarkan teks tersebut, manakah bukti yang menunjukkan Majapahit menoleransi kehadiran agama Islam di lingkungan kerajaannya? (Pilihan jawaban benar lebih dari satu)

¨ Majapahit berhubungan dagang dengan pedagang-pedagang asing.

¨ Majapahit membuka isolasi wilayah-wilayah pesisir untuk kaum muslim.

¨ Perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa.

¨ Penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto.

¨ Agama Islam dibiarkan berkembang di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan Buddha.

Jawab:

a.     Bangunan candi menjadi simbol toleransi di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa lalu:

1.     Benar. Jawaban ada di paragraf ke-4.

2.     Salah. Pernyataan tidak termasuk bagian yang mencerminkan bangunan candi sebagai simbol toleransi.

3.     Benar. Jawaban ada di paragraf ke-6

4.     Benar. Jawaban ada di paragraf ke-5.

5.     Benar. Jawaban ada di paragraf ke-5.

b.     Bukti yang menunjukkan Majapahit menoleransi kehadiran agama Islam di lingkungan kerajaannya:

·      Perkawinan antara Brawijaya V, raja Majapahit, dan putri dari Kerajaan Campa. 

·      Penemuan Kompleks Makam Tralaya yang bercorak Islam di Trowulan, Mojokerto.

·      Agama Islam dibiarkan berkembang di tengah wilayah kekuasaan Majapahit yang mayoritas Hindu dan Buddha.

----------------#----------------

Semoga Bermanfaat
Jangan lupa komentar & sarannya
Email: nanangnurulhidayat@gmail.com
Kunjungi terus: masdayat.net OK! 😁

Post a Comment for " Toleransi Beragama di Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Dari riwayat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa"