Sultan Agung dan Ambisi Menguasai Batavia Sultan Agung tercatat sebagai raja terbesar Kesultanan Mataram
Sultan Agung dan Ambisi Menguasai Batavia
Sultan Agung tercatat sebagai raja terbesar Kesultanan Mataram. Ia berkuasa selama lebih dari tiga dekade (1613-1646) dengan menguasai seluruh Jawa tengah dan Jawa timur termasuk Madura. Sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004, menyebut "Sultan Agung merupakan penakluk terbesar sejak zaman Majapahit."
Satu-satunya kekurangan Sultan Agung adalah kegagalannya merebut Batavia dari VOC dan Banten yang terletak di ujung barat. Cita-citanya mempersatukan Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram pun gagal tercapai.
Serangan ke VOC di Batavia itu dilakukan pada Agustus-November 1628. Menurut sejarawan H.J. de Graaf, Sultan Agung cukup tahu diri dengan kekuatan dan kemampuan pasukannya melawan VOC. Oleh karena itu, pilihan yang paling masuk akal adalah dengan melakukan serangan tidak langsung, yaitu membendung Sungai Ciliwung untuk menimbulkan penyakit seperti pes dan kolera. Ke dalam sisa-sisa air yang melewati bendungan dan mengalir ke Batavia itu dimasukkan keranjang-keranjang berisi bangkai hewan dan buah aren sehingga air menjadi kotor dan berbau busuk. Cara ini berhasil ia terapkan sebelumnya saat hendak menguasai Surabaya. "Mereka berusaha menimbulkan wabah penyakit pes dan kolera," tulis W.A. Hanna dalam Hikayat Jakarta. Untuk itu, dipekerjakan 3.000 orang. Namun, kemajuannya lamban karena mereka kelaparan dan kondisi serbakekurangan. Di kalangan pasukan Mataram sendiri beratus-ratus prajurit jatuh sakit dan meninggal karena wabah pes dan kolera, yang menambah penderitaan mereka. Strategi yang dipakai telah menjadi senjata makan tuan.
Sutrisno Kutoyo, dkk., dalam Sejarah Ekspedisi Pasukan Sultan Agung ke Batavia menyebut bahwa jika Sungai Ciliwung dapat dibendung pun, Kompeni tidak akan menyerah karena mereka tinggal di dalam benteng-benteng dan sudah mempunyai persediaan bahan makanan serta air yang dapat diambil dari Sungai Untung Jawa yang bebas dari penjagaan prajurit Mataram atau Banten. Mereka juga telah menggali sumur-sumur untuk mengatasi kekurangan air," tulis Sutrisno.
Menurut sejarawan Adolf Heuken dalam Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta, serangan kedua Mataram pada (21 Agustus-2 Oktober) 1629 yang disiapkan lebih lama juga gagal. Penyebabnya, logistik Mataram dihancurkan VOC, angkatan lautnya lemah, dan jarak antara Jawa Tengah dan Batavia jauh sehingga prajurit mengalami kelelahan apalagi membawa meriam-meriam yang berat. Sebagian anggota pasukan juga dilanda wabah penyakit malaria dan kolera. "Namun, kurang lebih lima puluh persen angkatan perang Sultan Agung mati karena kelaparan, sakit, kecapaian, hukuman, dan peluru Belanda," tulis Heuken.
1. Berikan tanda centang (✔) pada pernyataan yang benar (jawaban dapat lebih dari satu). Apa penyebab kekalahan pasukan Sultan Agung dalam penyerangan ke Batavia tahun 1628-1629?
¨ Kekurangan perbekalan.
¨ Terjadinya wabah penyakit.
¨ Kuatnya angkatan laut VOC.
¨ Jauhnya jarak antara Jawa Tengah dan Batavia.
¨ Serangan langsung Sultan Agung ke Batavia.
Jawab:
Penyebab kekalahan pasukan Sultan Agung dalam penyerangan ke Batavia tahun 1628-1629:
· Kekurangan perbekalan.
· Terjadinya wabah penyakit.
· Kuatnya angkatan laut VOC.
· Jauhnya jarak antara Jawa Tengah dan Batavia.
2. Pasangkanlah dengan menarik garis antara pernyataan di sebelah kiri dengan keterangan yang sesuai di kolom sebelah kanan.
Jawab:
Pernyataan yang dengan keterangan:
· Kekurangan Sultan Agung menurut M.C. Ricklef Gagal merebut Banten
· Dampak membendung sungai Angkatan perang mengalami kelelahan
· Tujuan membendung sungai dalam menghadapi VOC Menghentikan persediaan air di sumur VOC
· Antisipasi VOC menghadapi serangan Sultan Agung Menyediakan perbekalan air dengan menggali sumur
· Dampak jarak Mataram-Batavia Angkatan perang mengalami kelelahan
Post a Comment for "Sultan Agung dan Ambisi Menguasai Batavia Sultan Agung tercatat sebagai raja terbesar Kesultanan Mataram"